Sedikit Cerita tentang Harga Barang di Malaysia

Bulan Mei 2023 ini saya berkesempatan mengunjungi negeri jiran, Malaysia, untuk studi lanjut. Pada artikel ini saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya selama seminggu di sini tentang beberapa harga barang yang saya temui, tepatnya di distrik Batu Pahat, kota Parit Raja, Johor Bahru.

Belum lama ini saya berbelanja di sebuah swalayan bernama Lot*s, kalau di Indonesia mirip-mirip seperti Superind*, Hyperma*t, atau sejenisnya. Pertama adalah beras, saya mendapati harga beras standar kemasan 5 kg cukup bervariasi di kisaran belasan ringgit. Saya mencari yang paling murah dan mendapatkan harga 12 ringgit dan 99 sen, anggap saja 1 ringgit Malaysia = 3.400 rupiah, harga beras tadi sekitar 44 ribu. Kalau saya hitung per kg nya saya dapatkan sekitar Rp 8.800, wow sangat murah dibandingkan harga beras yang biasa saya temui di swalayan Indonesia.

Selanjutnya masih di tempat yang sama, saya membeli telur. Ada satu pak telur berisi 30 butir dijual dengan harga 12 ringgit 30 sen, kalau dirupiahkan dengan kurs 3.400 dibulatkan jadi Rp 42.000. Dihitung per butir telurnya sekitar Rp 1.400. Sedangkan kalau di Indonesia, tepatnya di Karanganyar tempat saya tinggal, beberapa waktu lalu harga 1 kg telur berada di kisaran 27 - 29 ribu. 1 kg telur kira-kira berisi 16 butir, per butirnya di kisaran Rp 1.688 hingga Rp 1.812, masih lebih mahal dari telur yang saya dapat di swalayan Lot*s Malaysia ini. 

Meskipun demikian, bukan berarti Malaysia lebih murah. Terdapat sejumlah barang dan jasa yang jauh lebih mahal, misalnya dari obrolan saya dengan teman kost di Malaysia biaya potong rambut mencapai 20 ringgit atau Rp 68.000 dan itu hanya potong rambut saja belum ditambah cuci / keramas. Sedangkan di Indonesia, wilayah Solo - Karanganyar tepatnya, dengan harga 20 ribuan sudah dapat paket lengkap potong rambut + keramas. Begitu pula dengan biaya tempat tinggal / kost. Kalau di Parit Raja dan Malaysia pada umumnya, sangat sulit mencari kamar kost yang disewakan per kamar. Yang banyak tersedia adalah menyewakan 1 rumah, sehingga agar lebih murah diperlukan banyak teman kontrakan untuk menyewa rumah tersebut bersama-sama. Saya beruntung bisa mendapat rumah kontrakan yang penyewanya masih mencari tambahan teman serumah. Saya harus membayar 120 ringgit per bulan, itu kondisinya kamar sharing (1 kamar untuk 2 orang), dengan harga yang sama kalau kita bandingkan di wilayah Solo itu sudah dapat kost yang lumayan ekslusif dengan fasilitas cukup lengkap dan tidak perlu sharing dengan teman sekamar. Cukup salah kalau menjadikan wilayah Solo sebagai pembanding, karena memang banyak barang dan jasa yang lebih murah dibanding tempat lain di Indonesia.

Dari obrolan saya dengan teman sekontrakan yang dari Malaysia, sejak Covid 19 melanda memang dirasakan harga-harga pada naik. Misalnya untuk makan di luar, dulu sebelum pandemi dengan 5 ringgit sudah cukup namun sekarang ini untuk makan dengan menu yang sama paling tidak diperlukan 7 hingga 8 ringgit. Dosen pembimbing saya juga mengamini, harga-harga di Malaysia terkerek naik sejak adanya pandemi. Kalau saya amati, harga-harga di wilayah Solo masih cukup stabil. Memang ada pengaruh ke porsi barang yang sedikit mengecil untuk sejumlah barang-barang retail yang biasa dijual di toko, namun pada umumnya tidak terlalu terasa perubahan harga barangnya. Hmm, memang masih lebih enak rumah sendiri ternyata di balik banyak kekurangannya.

Update 04/05/2023 
Indomie goreng isi 5 bungkus 4.69 RM
Telur ayam isi 30 butir 1.3 RM

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Inheritance (Pewarisan) di Java

Review Singkat Pilihan Transportasi Umum Rute Solo - Wonosobo

Physical address dan Logical Address dalam Jaringan Komputer