Pokoke NgeBlog

Setelah ujian pertama gagal pada bulan Agustus tahun lalu, alhamdulillah Februari ini saya sudah lulus sertifikasi AWS Ceritified Cloud Pratitioner. Sertifikasi ini singkatnya berisi soal-soal yang menguji pemahaman mengenai produk-produk Amazon Web Service, bisa dikatakan pula ini adalah level sertifikasi AWS paling dasar. Untuk bisa lulus, disyaratkan minimal jawaban benar adalah 70% dari keseluruhan soal yang berjumlah 65 soal dengan waktu pengerjaan 100 menit. Saya mengikuti ujian sertifikasi secara online dari rumah. Walaupun mengerjakan dari rumah, peluang untuk curang sangat kecil karena selama ujian peserta akan diawasi melalui webcam yang merekam gerak gerik peserta. Berdasarkan pengalaman saya, untuk bisa lulus dari ujian sertifikasi AWS Ceritified Cloud Pratitioner (dan mungkin juga untuk ujian sertifikasi sejenis) adalah dengan giat berlatih mengerjakan soal. Idealnya memang seharusnya ujian sertifikasi model seperti ini diambil setelah kita terbiasa dengan platform / prod

Mengutip https://developer.android.com/studio , kebutuhan sistem minimal untuk melakukan instalasi Android Studio tergantung pada jenis sistem operasinya sebagai mana terlihat pada gambar berikut Berdasarkan pengalaman, saya dapat merekomendasikan hal-hal berikut untuk instalasi Android Studio : 1. Gunakan laptop / PC dengan prosesor generasi terbaru (kalau bisa) Saya menggunakan AMD A8 7410, keluaran tahun 2016, saat ini masih mampu untuk menjalankan Android Studio walaupun mulai terlihat ngos-ngosan. Apabila ada kemampuan finansial lebih saya ingin mengupgrade laptop saya, pengennya pakai Ryzen 5 lah minimal. 2. Gunakan SSD Penggunaan SSD cukup membuat perbedaan yang signifikan dibanding ketika saya masih menggunakan harddisk konvensional. Waktu tunggu ketika membuka Android Studio terasa lebih cepat. 3. Gunakan OS yang enteng Saya menggunakan Ubuntu 20.04 dengan modifikasi desktop. Lebih tepatnya saya tidak menggunakan desktop environment (Gnome, KDE, Xfce, dll), saya menggunakan wi

Update Agustus 2024 SINTA 1 Journal of ICT Research and Applications - Institut Teknologi Bandung terbit tiga kali setahun Publishing fees : 150 USD SINTA 2 IJCCS (Indonesian Journal of Computing and Cybernetics Systems) - Universitas Gadjah Mada https://journal.ugm.ac.id/ijccs terbit empat kali setahun : Januari, April, Juli and Oktober Publishing fees : Rp 1.000.000 JIKI (Jurnal Ilmu Komputer dan Informasi) - Universitas Indonesia http://jiki.cs.ui.ac.id/index.php/jiki terbit 2 kali setahun : Februari dan Juni Publishing fees : informasi publication fees tidak dicantumkan, kemungkinan gratis JNTETI (Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi) - Universitas Gadjah Mada https://jurnal.ugm.ac.id/v3/jnteti terbit empat kali dalam setahun : Februari, Mei, Agustus, dan November Publishing fees : Rp 1.500.000 (Indonesia author) / USD 200 (non Indonesian author) JOIN (Jurnal Online Informatika) - UIN Sunan Gunung Djati Bandung https://join.if.uinsgd.ac.id terbit 2 kali se

Menggunakan Kotlin kita dapat dengan mudah membuat program yang menghasilkan bilangan random hanya dalam beberapa baris kode. Kita manfaatkan operator .. untuk membuat range, bilangan random digenerate dari range bilangan dengan memanggil method random(). Misal dalam kasus sebuah dadu yang memiliki 6 buah nilai, kita dapat mendefinisikan sebuah variabel diceRange yang berisi bilangan mulai dari 1 hingga 6 sesuai dengan nilai yang ada pada sebuah dadu. val diceRange = 1..6 Kemudian bilangan random digenerate dari diceRange, dengan memanggil method random()  val randomNumber = diceRange.random() Hasilnya ditampilkan menggunakan method println println("Random number: ${randomNumber}") Untuk mencobanya, kita dapat menggunakan Kotlin Playground dengan membuka alamat https://play.kotlinlang.org melalui browser. Menggunakan Kotlin Playground kita dapat menjalankan script Kotlin secara online tanpa harus membuat project Kotlin di IDE. Copy-paste kode berikut fun main() {

Postingan ini diupdate pada 28 September 2023 Sebagian besar bahasa pemrograman memiliki konsep constructor, yaitu method khusus yang digunakan untuk membuat dan menginisiasi object ketika class dibuat. Namun sedikit berbeda dengan Python yang memiliki constructor dan initializer. Constructor yang biasa kita kenal pada bahasa pemrograman OOP yang lain misalnya Java biasa digunakan untuk melakukan inisialisasi state, atau juga untuk menetapkan nilai default sebuah parameter. Untuk melakukan hal yang sama di Python kita gunakan initializer. Misal kita buat class Mahasiswa dengan atribut nim, nama, dan alamat. Menggunakan initializer Python kita akan memberi nilai ke atribut-atribut tersebut. # file Mahasiswa.py class Mahasiswa: #initializer def __init__(self): self.nim = "M0501001" self.nama = "Uzumaki Saburo" self.alamat = "Konohagakure" # menampilkan isi atribut def printMhs(self): print(self.nim)

Banyak fitur yang disediakan Laravel 8 untuk membuat web ap, salah satunya adalah fitur authenctication (registrasi dan login) yang dapat dibuat dengan mudah. Kita dapat menggunakan Laravel Jetstream di Laravel 8 untuk membuat fitur registrasi dan login. Caranya sebagai berikut : Di project kita tambahkan Laravel Jestream melalui composer composer require laravel/jetstream Install livewire Jadi apa itu livewire? Saya kutip dari https://daengweb.id/membuat-crud-laravel-8-jetstream-livewire Livewire adalah sebuah library sederhana untuk interface yang moder, reaktif dan dinamik menggunakan Laravel Blade yang sebagaimana kita ketahui berperan sebagai templating language. Teknologi ini bisa menjadi pilihan jika Anda ingin membuat aplikasi yang dinamis dan reaktif tapi tidak mahir menggunakan framework full Javascript seperti Vue.js. Install livewire lewat artisan php artisan jetstream:install livewire Selanjutnya perlu kita build menggunakan npm npm install && npm run dev Te