Mencoba Mesin Penjual Minuman di Stasiun Lempuyangan
Pada perjalanan saya yang kesekian kalinya ke Solo dari Jogja, seperti biasanya saya menggunakan moda transportasi kereta api yaitu KA Prameks yang sudah terkenal sebagai andalan jalur Solo, Jogja, hingga Kutoarjo.
Pagi ini, setelah membeli tiket Prameks tujuan Solo yang akan berangkan pukul 05.36 WIB saya bergegas menuju peron. Mata saya tertuju pada vending machine (mesin penjual minuman) yang terletak di sebelah mesin penjual tiket kereta. Ada satu lembar uang dua ribuan, kembalian tiket Prameks yang saya pesan. Saya pikir boleh nih mencoba beli minuman dari vending machine, untuk mendapatkan pengalaman.
Saya mendekati mesin penjual minuman tersebut. Terdapat beberapa jenis minuman yang tersedia mulai dari air mineral hinggal minuman teh dalam kemasan kaleng. Harga minuman yang dijual jauh lebih mahal daripada harga yang biasa kuta temui di warung atau di minimarket. Seperti misalnya air mineral dijual seharga lima ribu rupiah dan minuman teh dalam kemasan kaleng dijual dengan harga tujuh ribu rupiah.
Saya memasukkan satu lembar uang dua ribuan tadi, kemudian saya tambahkan satu lembar lima ribuan. Keduanya masuk ke dalam mesin. Saya bermaksud untuk membeli teh kemasan kaleng yang begitu menggoda iman saya walaupun harganya tidak. Untuk membeli minuman tinggal memencet tombol yang ada di bawah display minuman yang dimaksud. Lhadalah, tombol di bawah teh kaleng yang saya inginkan berwarna merah. Sementara itu ada beberapa minuman lain yang tombolnya berwarna hijau.
Setelah saya baca lagi petunjuknya, ternyata minuman yang tombolnya sesang tampil dalam warna merah tersenut tidak bisa dibeli karena stoknya habis. Akhirnya saya dengan sedikit terpaksa memencet tombol untuk membeli air mineral, karena hanya itu jenis minuman yang bisa saya beli dengan uang yang sudah saya masukkan. Belum sampai di situ, ternyata mesin tersebut tidak bisa memberikan kembalian. Terpaksa saya merelakan dua ribuan saya yang akhirnya muspro.
Di layar mesin masih nampak nominal 2000 yang belum saya gunakan, saya bergegas menuju peron karena jam keberangkatan kereta hampir tiba. Saya belum tahu apakah dua ribu tadi akhirnya jadi deposit yang bisa digunakan oleh pembeli selanjutnya. Begitulah mesin memang memberikan kemudahan dan kepraktisan, namun ada kalanya juga bikin repot kalau tidak tahu cara penggunaannya dengan benar. Kesimpulan saya, lebih baik beli minuman secara konvensional saja.
Pagi ini, setelah membeli tiket Prameks tujuan Solo yang akan berangkan pukul 05.36 WIB saya bergegas menuju peron. Mata saya tertuju pada vending machine (mesin penjual minuman) yang terletak di sebelah mesin penjual tiket kereta. Ada satu lembar uang dua ribuan, kembalian tiket Prameks yang saya pesan. Saya pikir boleh nih mencoba beli minuman dari vending machine, untuk mendapatkan pengalaman.
Saya mendekati mesin penjual minuman tersebut. Terdapat beberapa jenis minuman yang tersedia mulai dari air mineral hinggal minuman teh dalam kemasan kaleng. Harga minuman yang dijual jauh lebih mahal daripada harga yang biasa kuta temui di warung atau di minimarket. Seperti misalnya air mineral dijual seharga lima ribu rupiah dan minuman teh dalam kemasan kaleng dijual dengan harga tujuh ribu rupiah.
Saya memasukkan satu lembar uang dua ribuan tadi, kemudian saya tambahkan satu lembar lima ribuan. Keduanya masuk ke dalam mesin. Saya bermaksud untuk membeli teh kemasan kaleng yang begitu menggoda iman saya walaupun harganya tidak. Untuk membeli minuman tinggal memencet tombol yang ada di bawah display minuman yang dimaksud. Lhadalah, tombol di bawah teh kaleng yang saya inginkan berwarna merah. Sementara itu ada beberapa minuman lain yang tombolnya berwarna hijau.
Setelah saya baca lagi petunjuknya, ternyata minuman yang tombolnya sesang tampil dalam warna merah tersenut tidak bisa dibeli karena stoknya habis. Akhirnya saya dengan sedikit terpaksa memencet tombol untuk membeli air mineral, karena hanya itu jenis minuman yang bisa saya beli dengan uang yang sudah saya masukkan. Belum sampai di situ, ternyata mesin tersebut tidak bisa memberikan kembalian. Terpaksa saya merelakan dua ribuan saya yang akhirnya muspro.
Di layar mesin masih nampak nominal 2000 yang belum saya gunakan, saya bergegas menuju peron karena jam keberangkatan kereta hampir tiba. Saya belum tahu apakah dua ribu tadi akhirnya jadi deposit yang bisa digunakan oleh pembeli selanjutnya. Begitulah mesin memang memberikan kemudahan dan kepraktisan, namun ada kalanya juga bikin repot kalau tidak tahu cara penggunaannya dengan benar. Kesimpulan saya, lebih baik beli minuman secara konvensional saja.
Alhamdulillaah mas, di Universiti Utara Malaysia (UUM) banyak banget mas Vending Machine, di setiap bangunan kelas, di Hall, dll. Dan untungnya juga si Vending Machine di UUM mampu memberikan kembalian. Ayo mas ke UUM utk mencoba vending machine nya, hehehe...
ReplyDelete