Pokoke NgeBlog

2018 hanya tinggal menunggu hitungan jam, dan seperti biasa akan banyak warganet yang melakukan tradisi tahunan yaitu membuat resolusi atau menuliskan harapan-harapan yang ingin dicapai di tahun yang baru. Sungguh sebuah rutinitas tahunan yang lebih banyak sekedar menjadi sebatas omongan karena pada kenyataannya resolusi yang dituliskan itu lebih banyak yang tidak tercapai hingga tahun yang baru telah tiba. Hingga akhirnya pada tahun berikutnya resolusi yang sama akan diulang kembali. Bedasarkan fenomena tersebut, saya tebak tahun 2018 ini pun tidak jauh berbeda. Resolusi 2018 adalah melanjutkan resolusi yang telah ditulis pada tahun 2017 dimana resolusi tersebut sudah pernah direncanakan sebelumnya di tahun 2016 yang mana sebenarnya sudah diidamkan sebelumnya pada tahun 2015 dan memang sebenarnya sudah pernah diharapkan tercapai di tahun 2014... Begitulah seterusnya, dihitung mundur terus sampai capek nulisnya. Oke, jadi intinya resolusi itu kebanyakan, sebagian besar adalah l

Intro Slim Framework adalah microframework PHP yang dapat digunakan untuk membuat REST API. Slim Framework relatif mudah dipelajari dan sederhana konfigurasinya, namun bila membutuhkan tambahan seperti security layer masih susah kalau memakai Slim Framework. Alternatif lain untuk membuat REST API menggunakan PHP di antaranya adalah menggunakan Lumen yang "sekeluarga" dengan Laravel . Membuat Database Buat database dengan nama db_kuliah Install Composer Untuk dapat menggunakan Slim Framework, terlebih dahulu harus menginstall composer. Composer adalah tool dependency manager (tool untuk mendownload library / framework PHP). Tata cara instalasi composer dapat dibaca di https://getcomposer.org/download . Install Slim Framework Buat folder untuk menyimpan file-file web service + Slim Framework Masuk ke folder yang telah dibuat sebelumnya, install Slim Framework menggunakan perintah composer require slim/slim "^3.0" Buat file classes/Mapper.php deng

"Waduh bahaya ini, Kira kok seneng e malah nontoni traktor, backhoe, dan sejenisnya... duhdek kowe iki cewek lho" Begitulah sebuah curhat colongan seorang teman, seorang ibu muda pengguna aktif aplikasi watsap. Nampaknya beliau khawatir dengan perkembangan buah hatinya yang nampak lebih tertarik pada mesin-mesin berat yang identik dengan kaum laki-laki sementara buah hatinya tersebut adalah seorang perempuan yang umumnya lebih akrab dengan alat-alat dandan atau alat-alat masak. Saya bisa memahami, bagi sebagian besar orang tua apa yang digeluti dan digemari anak-anak harus sesuai dan mencerminkan gendernya. Menonton alat-alat berat seperti traktor atau backhoe nampaknya memunculkan kekhawatiran tersendiri kalau nanti sang anak perempuan akan tumbuh jauh dari kata anggun atau kurang kapabel sebagai calon istri idaman. Btw, mari sejenak kita lihat dari sisi lain yaitu sisi positifnya. Mari bersyukur dan berprasangka baik dengan kondisi tersebut. Bisa jadi ketertarikan